WELCOME TO MY BLOG Click here to get Dancing Lines

Rabu, 09 Juni 2010

Keutamaan Shalat Sunnah

1. Menyempurnakan shalat
wajib dan menutupi
kekurangannya.
Berdasarkan hadits marfu’ riwayat Tamim
Ad-Daari -Radhiyallahu ‘anhu-:
“Amal yang kali pertama dihisab dari seorang
hamba pada Hari Kiamat nanti adalah shalatnya.
Bila shalatnya sempurna, maka akan dituliskan
pahalanya dengan sempurna. Bila belum
sempurna, maka Allah -Subhanahu wa
Ta’ala- berfirman kepada para malaikat-
Nya, ‘Lihatlah apakah kalian mendapatkan
hamba-Ku itu mengerjakan shalat tathawwu’
sehingga dengannya kalian menyempurnakan
shalat wajibnya?’ Demikian juga dengan
zakatnya, kemudian baru amal perbuatan lain
dihisab menurut ukuran tersebut.” (HR. Abu
Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad)
2. Mengangkat derajat seseorang dan
menghapuskan kesalahannya.
Berdasarkan hadits Tsauban maula Rasulullah -
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, dari Nabi
bahwa beliau bersabda:
“Hendaknya kalian banyak-banyak bersujud.
Sesungguhnya apabila kalian bersujud kepada
Allah sekali saja, akan Allah angkat satu
derajat kalian dan akan Allah hapuskan satu
kesalahan kalian.” (HR. Muslim)
3. Memperbanyak shalat sunnah
merupakan sebab terbesar masuknya
seorang hamba ke dalam Surga, untuk
menemani Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi
wa Sallam-.
Berdasarkan hadits Rabi’ah bin Ka’ab Al-
Aslami -Radhiyallahu ‘anhu- bahwa ia
bercerita, “Aku pernah menginap di rumah
Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-.
Aku membawakan air wudhu dan keperluan
beliau. Beliau berkata, ‘Mintalah sesuatu.’
Aku menjawab, ‘Aku ingin menjadi orang yang
menemanimu di Surga.’ ‘Atau ada
permintaan lain?’ Tanya beliau. ‘Itu saja.’
Jawabku. Beliau -Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam- bersabda:
“Bantulah aku untuk memenuhi keinginanmu itu
dengan memperbanyak sujud..” (HR. Muslim)
4. Shalat sunnah adalah amalan sunnah
lahiriyah yang paling utama setelah jihad
dan ilmu, baik mempelajari maupun
mengajarkannya.
Berdasarkan hadits Tsauban -Radhiyallahu
‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi
wa Sallam- bersabda:
“Istiqamahlah kalian, dan kalian tidak akan
pernah sempurna. Ketahuilah, sebaik-baik
amalan kalian adalah shalat. Tidak ada yang
selalu menjaga wudhu selain orang
beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
5. Shalat sunnah di rumah akan membawa
keberkahan.
Berdasarkan hadits Jabir bin Abdillah -
Radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah -
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam- bersabda:
“Apabila salah seorang di antaramu usai
shalat di masjid, hendaknya ia menyisakan
shalat untuk dikerjakan di rumahnya. Karena
Allah menjadikan kebaikan di rumahnya dengan
shalatnya tersebut.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits marfu’ dari Zaid bin
Tsabit -Radhiyallahu ‘anhu- yang berbunyi:
“Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah
kalian, karena seutama-utama shalat
seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat
wajib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam lafazh hadits Muslim:
“Hendaklah kalian mengerjakan shalat di
rumah kalian, karena sebaik-baik shalat bagi
seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat
wajib.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan hadits Ibnu Umar -
Radhiyallahu ‘Anhuma- dari Rasulullah -
Shalallahu ‘alaihi wa Sallam-, beliau
bersabda:
“Jadikanlah sebagian dari shalat kalian untuk
dilakukan di rumah kalian, dan jangan kalian
jadikan rumah kalian seperti kuburan.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
6. Shalat sunnah dapat membuahkan
kecintaan Allah kepada seorang hamba.
Berdasarkan hadits Abu Hurairah -Radhiyallahu
‘anhu- bahwa Rasulullah -Shalallahu ‘alaihi
wa Sallam- bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku
umumkan peperangan kepadanya. Tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku
dengan amalan yang lebih Aku sukai daripada
amalan yang telah Aku wajibkan atasnya.
Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri
kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah,
hingga Aku mencintainya. Bila Aku telah
mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya
yang dengannya ia mendengar, menjadi
penglihatannya yang dengannya ia melihat,
menjadi tangannya yang dengannya ia memukul,
dan menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan.
Bila ia meminta, pasti akan Aku berikan. Bila ia
meminta perlindungan, pasti Aku beri
perlindungan. Tidak pernah Aku merasa bimbang
sebagaimana ketika Aku mencabut nyawa
seorang mukmin yang tidak menyukai kematian,
sementara Aku tidak ingin menyakitinya.” (HR.
Al-Bukhari)
Secara tekstual hadits di atas, kecintaan Allah
kepada seorang hamba akan muncul bila seorang
hamba istiqamah mengerjakan kewajibannya dan
selalu berusaha mendekatkan diri kepada-Nya
melalui ibadah-ibadah sunnah setelah melak­
sanakan yang wajib, baik berupa shalat, puasa,
zakat, haji atau ibadah lainnya.
7. Meningkatkan rasa syukur seorang
hamba kepada Allah -’Azza wa Jalla-.
Berdasarkan hadits Aisyah -Radhiyallahu
‘Anha- bahwa Nabi -Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam- biasa melakukan shalat malam hingga
telapak kaki beliau bengkak. Aisyah bertanya,
“Wahai Rasulullah, kenapa engkau lakukan itu,
padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu
yang terdahulu maupun yang akan datang?”
Beliau menjawab, “Apakah aku tidak boleh
menjadi hamba yang banyak bersyukur?” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Mughirah bin Syu’bah -Radhiyallahu
‘anhu- juga meriwayatkan bahwa ia
bercerita, Rasulullah biasa melakukan shalat
malam hingga kedua telapak kakinya bengkak-
bengkak. Ada orang bertanya, “Bukankah Allah
telah mengampuni dosa-dosamu yang terdahulu
maupun yang akan datang?” Beliau menjawab,
“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang
banyak bersyukur?” Selengkapnya...

Selasa, 08 Juni 2010

Ribuan Wanita Inggris Masuk Islam

Surat kabar Inggris The Times mengatakan:
"Ribuan wanita muda Inggris yang tinggal di
Inggris Raya telah memutuskan untuk masuk
Islam, meskipun rasisme terhadap kaum Muslim
di Eropa terus meningkat, dan yang terakhir
adalah usaha untuk melarang pemakaian cadar."
Surat kabar yang diterbitkan di London itu
menambahkan dalam sebuah laporannya pada
hari Sabtu (29/5) bahwa jumlah orang yang
masuk Islam meningkat, sementara pada saat
yang sama jumlah penduduk yang melakukan doa
setiap minggu di Gereja Inggris berkurang dari
2% penduduk.
Para wanita yang melakukan shalat di Masjid
Pusat London di Regent's Park sekitar dua-
pertiga dari kaum Muslim baru yang
mengucapkan dua kalimat syahadah, dan
sebagian besar dari mereka berumur kurang
dari tiga puluh tahun.
Berdasarkan statistik yang terkait dengan
jumlah orang yang beralih agama, sebagaimana
yang dinyatakan dalam sensus tahun 2001 di
Inggris Raya, bahwa setidaknya tiga puluh ribu
warga asli Inggris masuk Islam.
Dalam pandangan Kevin Brice, dari Pusat Studi
Kebijakan Migrasi di Universitas Swansea,
bahwa jumlah ini sekarang mungkin sekitar lima
puluh ribu orang, yang sebagian besar
perempuan.
Sementara hasil analisis fundamental
memperkuat data-data tersebut bahwa
sejumlah wanita muda berpendidikan perguruan
tinggi, yang mereka berusia antara usia dua
puluhan hingga tiga puluhan, bahwa mereka
inilah yang lebih banyak memeluk Islam.
Salah seorang wanita yang masuk Islam
bernama Joanne Bailey, ia menceritakan tentang
kisahnya hingga masuk Islam kepada The Times.
Joanne berkata, ia seorang pengacara dari
Bradford dan usianya tiga puluh tahun, bahwa
tidak ada seorangpun yang meramalkan bahwa
ia akan masuk Islam, dan ia dibesarkan dalam
keluarga kelas menengah keatas di Yorkshire
Selatan, di mana saya begitu membenci melihat
seorang Muslim sebelum saya masuk
universitas.
Ia pertama mendapat pekerjaan di sebuah
kantor pengacara di kota Barnsley, Yorkshire
Selatan, dan pada siang hari di tahun 2004,
semuanya kehidupan Joanne mengalami
perubahan.
Pada hari itu, saat menikmati secangkir kopi
dengan temannya yang Muslim, ia terkesan
dengan perkataan temannya tersebut, dimana
temannya itu memperhatikan salib kecil dari
emas yang tergantung di lehernya, lalu
temannya bertanya, "Apakah Anda percaya
bahwa al-Masih (Kristus) itu Tuhan?"
Sebenarnya ia memakai salib lebih karena
masalah fashion bukan karena alasan agama. Ia
menjawab pertanyaan itu bahwa ia tidak
percaya dengan itu. Kemudian temannya mualia
berbicara tentang agamanya.
Ia menambahkan bahwa awalnya ia meremehkan
kata-kata temannya itu, namun demikian kata-
katanya itu "begitu membekas dalam pikiran
saya". Setelah beberapa hari, saya mulai
mencari di Internet salinan Al-Qur'an.
Joanne melanjutkan, "Saya mengambil cuti
untuk memulihkan kekuatan pikiran saya."
Kemudian, saya pergi ke kegiatan sosial
perempuan yang diselenggarakan oleh Asosiasi
Muslim Baru di kota Leeds. Dan aku ingat ketika
itu saya mundar-mandir di pintu asosiasi, dan
saya bertanya pada diri saya sendiri: "Apa yang
Anda lakukan di sini?"
Ia menambahkan, saya memperhatikan para
wanita di tempat ini semuanya mengenakan
pakaian yang menutupi tubuh mereka dari kepala
sampai kaki. Dan saya bertanya-tanya: "Apa
yang membawa wanita Inggris dengan rambut
pirang di usia dua puluh lima (kelas atas) ini
berkumpul dengan mereka (kelas bawah)?"
Ia terus berkata, "Namun ketika saya masuk
tidak semua wanita adalah sama seperti yang
saya bayangkan bahwa mereka para istri yang
hidupnya tertekan. Ternyata mereka itu ada
yang dokter, dosen, spesialis kepribadian, dan
lainnya. Bahkan saya terheran-heran melihat
ketenangan dan kedamaian pikiran yang tampak
pada mereka."
Kemudian saya memutuskan untuk masuk Islam,
bahwa pertemuan saya dengan para wanita
itulah yang meyakinkan saya untuk menjadi
wanita Muslim daripada buku yang saya baca.
Joanne melanjutkan ceritanya, dan mengatakan
"Setelah empat tahun, yakni pada bulan Maret
2008, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadah
di rumah salah seorang temannya."
Dan ia mengatakan, "Bahwa apa yang saya
rasakan bertentangan dengan pikiran
kebanyakan orang. Sungguh Islam tidak
memaksa dan menekan saya, justru Islam
memberi kesempatan bagi saya untuk menjadi
diri saya sendiri seperti yang saya inginkan.
Bahkan sekarang saya lebih tenang dari
sebelumnya. Dan saya sangat bersyukur
mendapatkan hidayah ini." (mediaumat.com,
30/5/2010) Selengkapnya...

SYAHID SELEPAS MENGUCAPKANSYAHADA

Suatu ketika tatkala Rasulullah s.a.w. sedang
bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba
terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki
yang bernama Amar bin Thabit telah datang
menemui Baginda s.a.w.. Dia rupanya ingin
masuk Islam dan akan ikut perang bersama
Rasulullah s.a.w. Amar ini berasal dari Bani
Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah
Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin
Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan
mengikut kaumnya yang ramai itu. Keangkuhan
jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun
dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya
menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau
aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu
sudah pasti aku tidak akan mengikutnya."
Demikian angkuhnya Amar.
Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui
bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah
kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing
sendirian, hatinya sudah tertutup untuk
menerima cahaya Islam yang terang benderang.
Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju
ke medan perang, dia segera menemui
Rasulullah s.a.w. , menyatakan dirinya akan
masuk Islam malah akan ikut berperang
bersama angkatan perang di bawah pimpinan
Rasulullah s.a.w. . Pedangnya yang tajam ikut
dibawanya.
Rasulullah s.a.w. menyambut kedatangan
Amar dengan sangat gembira, tambah pula rela
akan maju bersama Nabi Muhammad s.a.w..
Tetapi orang ramai tidak mengetahui peristiwa
aneh ini, kerana masing-masing sibuk
menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan
kaumnya juga tidak ramai mengetahui
keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai
mujahid di medan peperangan. Dalam perang
Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan
keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-
kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak
dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai
saatnya dia jatuh pengsan.
"Untuk apa ikut ke mari ya Amar?" Demikian
tanya orang yang hairan melihatnya, sebab
sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira
Amar ini masih belum Islam lalau mengikut
sahaja pada orang ramai. Dalam keadaan antara
hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku
sudah beriman kepada Allah s.w.t. dan Rasul-
Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke
medan perang. Allah s.w.t. akan memberikan
syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama
lagi." Amar meninggal. Rohnya mengadap ke
hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu
hal ini diketahui Rasulullah s.a.w. , maka
Baginda s.a.w. pun bersabda,: "Amar itu
nanti akan berada dalam syurga
nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui
akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di
luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a
sahabat yang banyak mengetahui hadith
Rasulullah s.a.w. berkata kaum Muslimin,
"Cuba kamu kemukakan kepadaku seorang yang
masuk syurga sedang dia tidak pernah
bersyarat sekalipun juga terhadap Allah
s.w.t.."
"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu
Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung,
ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah
dia Amar bin Thabit." Demikianlah kisah seorang
yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia
tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya
seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum
memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan
yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam
sehingga ia menemui Rasulullah s.a.w.. Ia
menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang,
sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas
dia dengan mendapat syahadah iaitu pengakuan
sebagai orang yang syahid. Mati membela agama
Allah s.w.t. di medan perang. Maka syurgalah
tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid.
Rasulullah s.a.w. menjamin syurga bagi orang
seperti Amar ini. Selengkapnya...

Senin, 07 Juni 2010

Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami pertihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S.Al-Israa’:1)

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami Rasulullah pada malam 27 Rajab
tahun ke 12 kenabian, begitu luar biasanya sehingga Allah mengfirmankan ayat yang menjadi petunjuk mengenai hal tersebut dengan kata SUBHANA, sebuah ungkapan ketika melihat kejadian yang menakjubkan. Menurut imam Al Harits : Tasbih itu berfungsi sebagai bantahan yang menolak kepada orang-or-ang kafir, karena setelah nabi Muhammad SAW menceritakan kepada mereka tentang Isra’ mereka mendustakannya. Jadi artinya adalah bahwa Maha Suci Allah dari menjadikan seorang Rasul yang bohong.

Isra’ dan Mi’raj merupakan dua kejadian yang berkesinambungan dan kesatuan yang tidak terpisahkan. Isra’ berarti perjalanan dimalam hari sedang mi’raj adalah tangga alat naik. Peristiwa Isra’ Mi’raj bermula ketika Malaikat Jibril AS mendapat perintah dari Allah untuk menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT. Jibril membangunkan Rasul dan membimbing-nya keluar Masjidil Haram ternyata diluar masjid telah menunggu kendaraan bernama Buraq sebuah kendaraan yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan rambat cahaya dan setiap langkahnya sejauh mata memandang.

Perjalanan dimulai Rasulullah mengendarai buraq bersama Jibril. Jibril berkata, “turunlah dan kerjakan shalat”.
Rasulullahpun turun. Jibril berkata, “dimanakah engkau sekarang ?”
“tidak tahu”, kata Rasul.
“Engkau berada di Madinah, disanalah engkau akan berhijrah “, kata Jibril.
Perjalanan dilanjutkan ke Syajar Musa (Masyan) tempat penghentian Nabi Musa ketika lari dari Mesir, kemudian kembali ke Tunisia tempat Nabi Musa menerima wahyu, lalu ke Baitullhmi (Betlehem) tempat kelahiran Nabi Isa AS, dan diteruskan ke Masjidil Aqsha di Yerussalem sebagai kiblat nabi-nabi terdahulu.

Jibril menurunkan Rasulullah dan menambatkan kendaraannya. Setelah rasul memasuki masjid ternyata telah menunggu Para nabi dan rasul. Rasul bertanya : “Siapakah mereka ?”
“Saudaramu para Nabi dan Rasul”.
Kemudian Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit. Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihatJibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 - 18).

Selanjutnya Rasulullah melanjutkan perjalanan menghadap Allah tanpa ditemani Jibril Rasulullah membaca yang artinya : “Segala penghormatan adalah milikAllah, segala Rahmat dan kebaikan“.
Allah berfirman yang artinya: “Keselamatan bagimu wahai seorang nabi, Rahmat dan berkahnya“.
Rasul membaca lagi yang artinya: “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh. Rasulullah dan ummatnya menerima perintah ibadah shalat“.
Berfirman Allah SWT : “Hai Muhammad Aku mengambilmu sebagai kekasih sebagaimana Aku telah mengambil Ibrahim sebagai kesayanagan dan Akupun memberi firman kepadamu seperti firman kepada Musa Akupun menjadikan ummatmu sebagai umat yang terbaik yang pernah dikeluarkan pada manusia, dan Akupun menjadikan mereka sebagai umat wasath (adil dan pilihan), Maka ambillah apa yang aku berikan kepadamu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur“.

“Kembalilah kepada umatmu dan sampaikanlah kepada mereka dari Ku”.
Kemudian Rasul turun ke Sidratul Muntaha.
Jibril berkata : “Allah telah memberikan kehormatan kepadamu dengan penghormatan yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun dari makhluk Nya baik malaikat yang terdekat maupun nabi yang diutus. Dan Dia telah membuatmu sampai suatu kedudukan yang tak seorangpun dari penghuni langit maupun penghuni bumi dapat mencapainya. Berbahagialah engkau dengan penghormatan yang diberikan Allah kepadamu berupa kedudukan tinggi dan kemuliaan yang tiada bandingnya. Ambillah kedudukan tersebut dengan bersyukur kepadanya karena Allah Tuhan pemberi nikmat yang menyukai orang-orang yang bersyukur”.
Lalu Rasul memuji Allah atas semua itu.

Kemudian Jibril berkata : “Berangkatlah ke surga agar aku perlihatkan kepadamu apa yang menjadi milikmu disana sehingga engkau lebih zuhud disamping zuhudmu yang telah ada, dan sampai lah disurga dengan Allah SWT. Tidak ada sebuah tempat pun aku biarkan terlewatkan”. Rasul melihat gedung-gedung dari intan mutiara dan sejenisnya, Rasul juga melihat pohon-pohon dari emas. Rasul melihat disurga apa yang mata belum pernah melihat, telingan belum pernah mendengar dan tidak terlintas dihati manusia semuanya masih kosong dan disediakan hanya pemiliknya dari kekasih Allah ini yang dapat melihatnya. Semua itu membuat Rasul kagum untuk seperti inilah
mestinya manusia beramal. Kemudian Rasul diperlihatkan neraka sehingga rasul dapat melihat belenggu-belenggu dan rantai-rantainya selanjutnya Rasulullah turun ke bumi dan kembali ke masjidil haram menjelang subuh.

Mandapat Mandat Shalat 5 waktu

Agaknya yang lebih wajar untuk dipertanyakan, bukannya bagaimana Isra’ Mi’raj, tetapi mengapa Isra’ Mi’raj terjadi ? Jawaban pertanyaan ini sebagaimana kita lihat pada ayat 78 surat al-lsra’, Mi’raj itu untuk menerima mandat melaksanakan shalat Lima waktu. Jadi, shalat inilah yang menjadi inti peristiwa Isra’Mi’raj tersebut.

Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian. Makanya tidak berlebihan apabila Alexis Carrel menyatakan : “Apabila pengabdian, sholat dan do’a yang tulus kepada Sang Maha pencipta disingkirkan dari tengah kehidupan bermasyarakat, hal itu berarti kita telah menandatangani kontrak bagi kehancuran masyarakat tersebut“. Perlu diketahui bahwa A. Carrel bukanlah orang yang memiliki latar belakang pendidikan agama, tetapi dia adalah seorang dokter dan pakar Humaniora yang telah dua kali menerima nobel atas hasil penelitiannya terhadap jantung burung gereja dan pencangkokannya. Tanpa pendapat Carrel pun, Al - Qur’an 15 abad yang lalu telah menyatakan bahwa shalat yang dilakukan dengan khusu’ akan bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang harmonis, egaliter, dan beretika. Selengkapnya...

Menulusuri jejak Sunnah - Firqotun Najiyah Syekh Abdul qodir jaelani

Siapakah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani ?



Soal:

Pada edisi 06/VI/1423H-2002H, rubric Risalatikum memuat pertanyaan dari Akh M.Zainul Musthafa, Sorong, Papua Barat mengenai sosok Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Berikut ikni jawaban yang kami janjikan.



Jawab :

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad. Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.



Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.



Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’.



Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan.



Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni.



Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, “ kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”



Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. 1)



Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya.



Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri ( orang Mesir ) 2) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar ( kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk beregang dengannya, sehingga aku meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas.3) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi4) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”5)



Imam Ibnu Rajab juga berkata, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pendapat memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah .”



Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, “ Dia ( Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata “ Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsys.”6)



Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, “ Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali ( kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, “ Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”7)



Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.

Sam’ani berkata, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.”



Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”



Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan bekiau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, “ Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan ( ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ).



Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi ”.



Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, “ Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah.8) Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.”9)



Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.



Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah n, maka hal ini merupakan kekeliruan. Karena Rasulullah n adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun.



Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah ( perantara ) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meningal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah,





Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.

Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya

Disamping ( menyembah ) Allah.

( QS. Al-Jin : 18 )



Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah.



Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.

Wallahu a’lam bishshawab.



1) Siyar A’lamin Nubala XX/442

2) Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.

3) Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.

4) Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitan Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.

5) Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.

6) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515.

7) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516.

8) Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94.

9) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M. Selengkapnya...

Sabtu, 05 Juni 2010

Rasulullah dan Pengemis Yahudi Buta

PDF Print E-mail

Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

(SELESAI)

Selengkapnya...

Pengunjung

HAMSTER